Pendahuluan
Penyebutan “Republic Arab Egypt” sebagai “Mesir” oleh bangsa dan rakyat Indonesia merupakan fenomena linguistik dan budaya yang menarik untuk dikaji. Hal ini melibatkan aspek sejarah, bahasa, agama, dan hubungan internasional. Untuk menjawab pertanyaan ini secara mendalam dan metodologis, pendekatan multidisiplin digunakan, meliputi perspektif etimologi, sejarah, dan budaya.
Pendekatan Etimologi
- Asal-usul Nama “Mesir”:
- Kata “Mesir” berasal dari bahasa Arab “Miṣr” (مِصْر), yang merupakan nama resmi negara tersebut dalam tradisi Arab. Dalam Al-Qur’an, nama ini sering muncul untuk merujuk pada wilayah yang kini dikenal sebagai Mesir.
- “Miṣr” memiliki akar bahasa Semitik, yang berarti “tanah” atau “peradaban”. Dalam bahasa Ibrani, istilah serupa, yaitu “Mitzrayim” (מִצְרַיִם), digunakan dalam Kitab Taurat.
- Penyerapan ke Bahasa Melayu dan Indonesia:
- Pengaruh budaya Islam yang kuat di Nusantara membawa istilah-istilah Arab ke dalam bahasa Melayu dan Indonesia. Kata “Miṣr” diadaptasi menjadi “Mesir” untuk mempermudah pengucapan sesuai fonologi lokal.
- Adaptasi ini kemungkinan besar terjadi melalui interaksi antara ulama dan pedagang Arab dengan masyarakat Nusantara selama abad ke-7 hingga ke-13.
Pendekatan Sejarah
- Hubungan Nusantara dan Dunia Arab:
- Hubungan erat antara Nusantara dan dunia Arab dimulai sejak abad ke-7, terutama melalui perdagangan dan penyebaran agama Islam.
- Mesir memiliki peran sentral dalam peradaban Islam, terutama dengan berdirinya Universitas Al-Azhar di Kairo, yang menjadi pusat pendidikan Islam terbesar di dunia. Banyak ulama Indonesia belajar di Al-Azhar dan membawa istilah “Mesir” ke Nusantara.
- Islamisasi Nusantara:
- Proses Islamisasi yang terjadi di Nusantara mencakup penyebaran nilai-nilai agama, budaya, dan bahasa. Karena Mesir merupakan salah satu pusat peradaban Islam, nama “Mesir” lebih dikenal oleh masyarakat Nusantara daripada nama lainnya seperti “Egypt”.
- Penyebutan ini dipengaruhi oleh dominasi literatur Islam berbahasa Arab, yang sering menggunakan istilah “Miṣr”.
Pendekatan Budaya
- Pengaruh Al-Qur’an dan Literasi Islam:
- Dalam Al-Qur’an, “Mesir” disebutkan sebagai wilayah penting dalam sejarah Islam, seperti kisah Nabi Yusuf dan Nabi Musa. Karena itu, penyebutan ini diabadikan dalam budaya Muslim Indonesia.
- Istilah “Mesir” lebih dekat secara emosional dan religius bagi masyarakat Indonesia yang mayoritas beragama Islam, dibandingkan dengan istilah “Egypt” yang berasal dari bahasa Inggris.
- Kesederhanaan Fonologi:
- “Mesir” lebih mudah diucapkan dalam konteks bahasa Melayu dan Indonesia dibandingkan dengan “Egypt”, yang menggunakan bunyi yang kurang lazim dalam bahasa lokal.
- Penggunaan kata ini menjadi standar dalam bahasa Indonesia karena keseragaman linguistik yang dibawa oleh literatur dan media Islam.
Pendekatan Hubungan Internasional
- Hubungan Diplomatik Indonesia-Mesir:
- Mesir adalah negara pertama yang mengakui kemerdekaan Indonesia pada tahun 1947. Hubungan diplomatik yang erat ini memperkuat penggunaan istilah “Mesir” dalam konteks politik dan sosial di Indonesia.
- Penyebutan “Mesir” juga digunakan secara resmi dalam dokumen-dokumen pemerintah dan pendidikan di Indonesia.
- Peran Media dan Pendidikan:
- Sistem pendidikan di Indonesia, terutama dalam mata pelajaran sejarah dan agama, menggunakan istilah “Mesir” secara konsisten, sehingga istilah ini lebih dikenal luas di kalangan masyarakat.
Kesimpulan
Penyebutan “Republic Arab Egypt” sebagai “Mesir” oleh bangsa dan rakyat Indonesia merupakan hasil dari proses sejarah, budaya, dan linguistik yang panjang. Faktor utamanya adalah pengaruh agama Islam, literatur Arab, dan hubungan diplomatik yang erat antara Mesir dan Indonesia. Istilah “Mesir” tidak hanya mencerminkan adaptasi bahasa, tetapi juga hubungan emosional dan religius yang mendalam antara masyarakat Indonesia dengan warisan peradaban Islam yang dimiliki Mesir.
Dengan demikian, penyebutan ini tidak hanya menjadi pilihan linguistik, tetapi juga simbol hubungan budaya dan sejarah antara kedua negara.